Minggu, 17 April 2011

(REVIEW) Film “?” — TANDA TANYA

Film "?" - TANDA TANYA sangat disarankan untuk para pecinta film-film produksi karya anak Indonesia. 

Jujur sebenernya saya belum liat ce (-__-)" rencana ntr malam. 

Tonight I should see this movie!!

Apa lagi di masa krisis film saat ini, "?" tanda tanya merupakan cetusan film yang sangat sayang untuk dilewatkan. 

Ini lah revie film "?" tanda tanya yang sempat saya dapat dari teman saya yang sangat menyarankan untuk melihat film ini


(REVIEW) Film,“? TANDA TANYA



Almarhum mama dulunya adalah guru PPKN (sekarang PKn), maka beliau selalu mengingatkan saya akan pentingnya toleransi antarumat beragama yang tak sekedar teori, namun juga dalam prakteknya di kehidupan sehari-hari.

Saya besar di lingkungan yang didominasi dua agama; Islam dan Katolik. Bahkan, Pakde saya adalah seorang pastur yang pernah ke berbagai negara. Sekalipun kini beliau menjadi Pastur, setiap lebaran beliau menyempatkan diri untuk pulang ke Lampung dan berkumpul bersama keluarga yang merayakan Idul Fitri.

Ada seorang juragan beretnis Cina (yang kebun pohon sawitnya berpuluh-puluh hektar). Beliau menyumbang semen yang tidak sedikit untuk pembangunan awal masjid di desa saya.
Saat mama sakit hingga tiada, tetangga yang bernama Bude Maarjinem beragama Katolik tak pernah lelah mengajari adik saya yang paling kecil untuk belajar hingga lulus SD. Kebetulan saat itu saya sedang kuliah merantau di pulau seberang, jadi beliau yang menggantikan peran saya.
 Perbedaan agama tidak menghalangi kami bisa hidup damai. 


“Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6)

Seperti halnya saya, Hanung juga besar dalam lingkungan yang beragam. Berangkat dari itulah Hanung mencoba memvisualisasikannya dalam film ini yang diangkat dari kisah nyata di Semarang.

Secara singkat Film "?" mengisahkan hubungan antara 3 keluarga yang mempunyai perbedaan etnis dan agama. Ketiganya hidup berdampingan dalam lingkungan yang dikelilingi oleh Masjid, Gereja dan Klenteng. Dalam hubungan kehidupan sehari-hari adakalanya terjadi konflik karena perbedaan-perbedaan pandangan. Namun seringkali pula mereka saling mendukung dengan segala pengertian atas perbedaan – perbedaan tersebut.

Dengan berbagai perbedaan pandangan hidup dan agama, pada akhirnya mereka semua menemukan satu kesamaan tentang hidup yang lebih baik dalam tatanan kebersamaan dan toleransi. Inilah potret Indonesia seutuhnya, dimana sikap saling mengerti dibutuhkan dalam memandang keragaman yang ada.

  • Apa sesungguhnya yang menjadi PRO KONTRA dalam film ini?!?
1. Sosok BANSER. Sebenarnya tidak ada yang salah. Soleh yang pemarah, cemburuan, dan curiga bukanlah mendiskreditkan sosok banser. Yang saya tangkap dari film ini adalah sifat Soleh secara individu, sifatnya tersebut lebih dahulu muncul sebelum menjadi banser. Malah, di endingnya kita bisa melihat sosok Soleh dalam menjalankan tugasnya sebagai banser yang taat.

2. Pindah agama.
Bukan bermaksud mengajak seseorang untuk murtad. Memang, Rika keluar dari agama Islam. Namun, ada seseorang yang masuk Islam di akhir cerita.


3. Pluralisme. Dari segi mana?? Setiap umat menjalankan agamanya masing-masing, tanpa ada campur aduk agama yang lain. Justru menghormati agama yang lain. Seperti yang dilakukan Tan Kat Sun; memisahkan segala perkakas yang digunakan untuk mengolah babi dengan bahan yang lain, memberi waktu untuk para pekerjanya saat sholat, memberikan libur bagi para pekerjanya saat lebaran. Rika yang pindah agama; tetap setia mengantar anaknya ke masjid untuk mengaji, membuat masakan untuk anaknya berbuka puasa, bahkan membagikan makanan kepada anak-anak yatim untuk berbuka saat puasa.


Kerukunan adalah keadaan di mana terdapat sikap saling pengertian, bersatu, tolong-menolong, damai serta penuh persahabatan antar anggota-anggota yang hidup bersama.

Untuk menciptakan hubungan yang harmonis antarmanusia, terutama antar pemeluk agama yang berbeda-beda diperlukan kesediaan setiap orang untuk saling menyatakan diri sebagai kawan.

Adapun yang dimaksud dengan menyatakan diri adalah setiap orang mau menerima dan bergaul dengan orang yang lain dengan segala keberadaannya.

Selain menyatakan diri, diperlukan etika pergaulan. Dengan etika pergaulan, keharmonisan hubungan kerjasama serta saling pengertian antarsesama akan semakin kuat, dan pergaulan yang selaras, serasi, rukun dan damai dapat dipelihara.

Kehadiran film bertema keragaman dan toleransi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman akan arti penting TOLERANSI dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan dapat dijadikan sebuah kekuatan untuk mencari keyakinan yang hakiki tanpa harus saling menyakiti. Keyakinan tersebut pada akhirnya tergantung kepada jawaban yang ditemukan oleh masing-masing pribadi.

Kemampuan Hanung dalam melahirkan film-film spiritual-religius memang tidak diragukan lagi. Seperti dalam film-film sebelumnya, berani mengangkat tema-tema sensitif bahkan yang dianggap tabu. Dari sisi skenario, endingnya gampang ditebak dan terkesan klise. Saya kurang menemukan selipan pesan dengan kalimat-kalimat khas seperti halnya di Film Perempuan Berkalung Surban dan Sang Pencerah. Ada kalimat favorit; “Menikah ibarat kapal. Yang satu mendayung, yang satu menunjukkan arah. Jika lelah, bisa berganti peran.”

Dari segi musik, Tya Subiakto mampu memberikan perpaduan musik yang harmonisasi dari perpindahan budaya dan agama yang berbeda. Jempol deh buat Yadi Sugandi, dari sisi sinematografi, walaupun banyak adegan di dalam ruangan, kita disuguhi gambar dari berbagai sudut yang tidak biasa.
Begitu pula dari segi kostum yang dipegang Retno Ratih Damayanti dan perlengkapan, representasi tiap agama terwakilkan. Melalui gereja, masjid, klenteng, lonceng, beduk, dupa, salib, sajadah, lilin, dan lain-lain.

Dari segi akting, jelas sudah tidak diragukan lagi kemampuan Agus Kuncoro, Reza Rahardian, dan Revalina S. Temat yang pernah bekerjsama dengan Hanung sebelum di film ini. Endhita, kenapa kurang terasa ya jiwa Katoliknya? Rio Dewanto, aktingnya sudah pas, namun logat jawanya masih kaku, kurang njawani, masih berasa logat jawa ala FTV yang biasa ia mainkan :p

Sebenarnya pro kontra yang timbul tentang film justru meningkatkan minat seseorang untuk menontonnya. Mudah-mudahan di film berikutnya Hanung dkk mau dan mampu menggarap film bersetting budaya di luar Jawa )

Keterangan Film:
Judul : "?" – Tanda Tanya
Sutradara : Hanung Bramantyo
Penulis Skenario : Titien Wattimena
DOP : Yadi Sugandi
Music Illustrator : Tya Subiakto
Website : www.filmtandatanya.com
Produksi : Mahaka Pictures & Dapur Film

Para Pemain :
Reza Rahadian sebagai Soleh
Seorang lelaki pengangguran yang hidup dalam impiannya untuk menjadi seseorang yang berarti, termasuk menjadi pahlawan bagi istri dan kedua anaknya, namun belum mendapatkan jalan yang baik. Soleh akhirnya menjadi anggota banser NU


Revalina S Temat sebagai Menuk
Seorang perempuan yang soleha dan cantik, istri dari Soleh. Cinta Menuk kepada suaminya begitu mendalam walaupun suaminya tidak memiliki pekerjaan. Menuk memilih Soleh daripada Hendra, anak dari Tan Kat Sun yang keturunan Tionghoa, karena Soleh memeluk agama yang sama dengannya, yaitu Islam. Untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari, Menuk bekerja di restoran Kanton Pak Tan
 

Agus Kuncoro sebagai Surya
Seorang pemuda yang sedang berjuang meraih impian menjadi bintang film dengan memerankan peranan-peranan kecil. Surya menjadi pacar Rika setelah Rika bercerai dengan suaminya. Surya mengetahui jika kondisi ini semakin memojokan Rika pada posisi yang tidak menyenangkan di mata para tetangga sekitar. Walaupun seorang Muslim, Surya berhasil memerankan dengan baik beberapa peranan yang terkait dengan agama lain, termasuk menjadi Yesus pada acara Jumat Agung di gereja.


Endhita sebagai Rika
Seorang janda beranak satu, yang baru saja berpindah agama. Rika memiliki toko buku yang sekaligus menjadi rumah tinggalnya. Karena status janda dan keputusannya pindah agama, Rika sering mendapat cemoohan para tetangga, namun Rika tetap pada pendiriannya. Rika juga harus menghadapi protes dari anaknya, Abi dan ibunya atas keputusannya tersebut


Rio Dewanto sebagai Hendra
Anak dari Tan Kat Sun dan Lim Giok Lie yang sedang mencari jati diri. Dalam proses mencari jati diri tersebut, dia selalu bertentangan dengan kedua orangtuanya, termasuk dalam menjalankan usaha restoran. Hendra jatuh cinta pada Menuk dan merasa sakit hati berkepanjangan karena Menuk lebih memilih Soleh yang pengganguran dikarenakan Soleh seorang Muslim.


Hengky Sulaeman sebagai Tan Kat Sun

Seorang ayah dan pengusaha restoran masakan Cina. Dalam kondisi kesehatannya yang tidak baik, pak Tan selalu bersikap positif, namun merasa jengkel dengan sikap anaknya yang tidak peduli terhadap usaha keluarga.


NB:
Film hasil kolaborasi Dapur Film dan Mahaka Pictures ini sengaja diberi judul ? (baca Tanda Tanya) untuk memberikan keleluasan kepada para penonton dalam menyimpulkan makna dari keseluruhan cerita. Selanjutnya dari kesimpulan tersebut penonton berpartisipasi memberikan judul filmnya dengan mengirimkan sms ke 3230 (ketikTTNAMA#USIA#JENIS KELAMIN#KOTA#JAWABAN). Judul terpilih akan mendapatkan apresiasi sebesar Rp 100 juta,- . dan digunakan sebagai judul pada DVD film serta Novel yang akan segera diterbitkan. Periode pengiriman judul berlaku hingga akhir Juni 2011, pemenang diumumkan pada Juli 2011 pada saat dilakukan peluncuran Novel dan DVD Filmnya. Penjurian judul dilakukan oleh Hanung Bramantyo, Erick Thohir (Produser Eksekutif) dan beberapa pihak yang kompeten.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar